Notification

×

Iklan

Iklan

Header Ads

Kultum Ramadhan Pendidikan Pra Nikah

Rabu, Juni 24, 2015 | 17.42 WIB | Last Updated 2015-06-24T10:44:13Z

GENERASI INDONESIA | “Pernikahan bukanlah peristiwa cinta, melainkan peristiwa peradaban”, demikian dikutip dari politisi muslim Anis Matta.

Dalam sesi bertema Pernikahan Sebagai Proses Perbaikan Diri Sepanjang Waktu oleh Ustad Arsal, dimulai dengan beberapa kisah, salah satunya adalah kisah terkenal Abdullah bin Abu Bakar yang memiliki istri sagat cantik. Akan tetapi, setelah menikah, ibadahnya justru menurun. Hingga akhirnya sang ayah, Abu Bakar, menyuruhnya bercerai sampai ia mampu menstabilkan kembali ibadahnya. 

Ustad Arsal mengungkapkan, ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam memaknai pernikahan. Pertama, yang kita cari dalam pernikahan bukanlah belahan jiwa, belahan jantung, atau apapun, melainkan pasangan iman. Kedua, memilih pasangan harus dengan kesertaan iman. Hanya dengan bekal iman, masalah dalam pernikahan bisa diselesaikan. Ketiga, pernikahan dilakukan untuk membentuk kesempurnaan iman. Maka, jika setelah menikah iman menurun, pasti ada yang salah.

Sementara itu Ustadzah Dewi Yulia membawakan  tema Pernikahan Sebagai Proses Pembentukan Peradaban.

Diungkapkan Ustadzah Dewi Yulia bahwa Pernikahan merupakan ikatan yang menjadikan halalnya hubungan laki-laki dan perempuan.

"Tujuan pernikahan itu ada lima. Pertama, watawa shoubil haqqi, yakni mengingatkan dalam kebenaran. Kedua, watawa shoubis sobri, yakni mengingatkan dalam kesabaran. Ketiga, watawa shoubil marhamah, yakni mengingatkan untuk saling menyayangi. Keempat, keturunan. Dan kelima, membentuk masyarakat kecil," ungkap Ustadzah Dewi.

Dalam pernikahan, ada relasi-relasi yang perlu diperhatikan yaitu pasangan, mertua, kakak dan adik ipar, nenek dan kakek, serta anak. Sehingga perlu diperhatikan juga adab-adab dalam berinteraksi dengan masing-masing relasi tersebut.

"Siap menikah berarti  siap berkomitmen, bersedia bertanggung jawab, memiliki alasan positif," tegasnya.

Disamping itu juga harus punya bekal rohani dan iman, bekal fisik dan amal, bekal ilmu dan metode, bekal perilaku dan akhlaq, dan modal terakhir yang tidak kalah penting adalah tadhiyah atau kesiapan berkorban.

[gi/mp]
×
Berita Terbaru Update