Notification

×

Iklan

Iklan

Header Ads

FGD Expo 2015: Kreativitas Tanpa Batas Dukung Good Business

Senin, Agustus 10, 2015 | 03.29 WIB | Last Updated 2015-08-21T07:30:33Z

GENERASI INDONESIA
| Antusias pengunjung pameran FGD Expo 2015 di hari terakhir Minggu (9/8) tetap tinggi. Bahkan, bisa dibilang selama dua hari, Sabtu dan Minggu, merupakan puncak keramaian dari penyelenggaraan FGD Expo 2015.

Pada Sabtu (8/8) dan Minggu (9/8) ini, fokus pengunjung tetap pada demo di sejumlah booth yang menampilkan demo proses percetakan format lebar dari mesin-mesin berteknologi terkini dengan mengusung kecepatan percetakan yang luar biasa. Dengan rata-rata pengunjung yang mencapai sekitar 10.000 orang setiap hari, membuat pameran FGD Expo ini menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dari sisi pengunjung.

Ramai dan semaraknya suasana di pameran FGD Expo 2015 ini menjadi semakin menarik dengan beberapa produk dengan teknologi baru di area Pameran, diantaranya mesin HP PageWide, mesin HP Latex 370.Tak hanya HP yang mengusung teknologi tercanggih, Komori juga hadir dengan segudang kecanggihan. Mesin cetak offset format lebar ini menjadi andalah Bright Grafa Machinery di FGD Expo 2015. Mesin ini sudah mengusung teknologi canggihyang serba otomatis. Komori Lithrone G37 telah dilengkapi dengan sistem Asynchronous Automotic Plate changing (A-APAC) yang mengganti semua plate hanya dalam waktu 75 detik. Selain itu ada sistem Inline Print Quality Assessment (PQA-S) yang tak hanya memeriksa kualitas cetak bagian depan dan belakang secara bersamaan, tapi juga mengontrol density in-line dengan men-scanning color bar.

Berlanjut di booth lainnya, yakni CrystalJet yang mengedepankan layanan purna jual. Ini berkat dukungan penuh dari pabrik CrystalJet di Chinamelalui PT Multi Sistem Teknologi sebagai authorized distributor CrystalJet di Indonesia. Selama FGD Expo 2015, diperkenalkan mesin-meisn terbaru sebagai distributor UV LED Curing Printer asal Taiwan, LDP UV LED, CJ 7312, CJ 1800 UV, Laser cutting & Engraving metal-non mental merek Crystal Sign.

Meski dalam pameran FGD Expo 2015 HP Latex menjadi buah bibir terutama di kalangan pengusaha grafika Tanah Air—mesin ini dipasarkan tiga vendor besar seperti Samafitro, Ferrostaal Equipment Solution dan Digital Prima Imaging—namuntak sedikit booth-booth yang menawarkan printer jenis tinta solvent atau eco-solvent.

Printer tinta ini telah memiliki pangsa pasar yang terbukti stabil dan masih tetap mendominasi market di Indonesia. Pasalnya, mereka fokus pada low cost production, apalagi jika dikembangkan bersama dengan printer jenis dye-sublimation untuk industri garmen. Ini yang dilakukan oleh vendor mesin-mesin produk China seperti CrystalJet, Flora, Laysander, maupun produk Jepang seperti Epson, Mimaki atau Roland.

Good Design, Good Business

Di bagian area lain yang fokus untuk edukasi bagi para pengunjung, antusias peserta juga tak kalah. Mereka memadati area3D Cafe, FGD University Master Classes, hinggaArea Komunitas Kreatif dan tentu saja Idea Fest.

Di FGD University menampilkan pembicara Anne Dameria yang menyampaikan materi tentang ‘Designer Plus dan Production Plus’. Menurut Digital Prepress & Color Management Specialist ini banyak pelaku desainer grafis yang melupakan pentingnya pengetahuan tentang printing. Tak heran, jika tiba-tiba para desainer grafis ini bangkrut gara-gara produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan ekspektasi klien ketika dicetak. 

Di sisi lain, Anne juga menekan bahwa di era globalisasi ini, kemasan memiliki peranan yang sangat penting karena sangat terkait dengan komoditi yang dikemas dan sekaligus merupakan nilai jual produk dan citra produk (brand image).

“Tingginya tingkat persaingan produk di market membuat brand owner selalu kreatif dan inovatif dalam menciptakan produk-produk baru atau mempertahankan produk unggul,” ujarnya.

Karena itu, kata Anne, bagaimana proses mulai konsep sebuah produk hingga sampai di rak penjualan dan dibeli oleh konsumen merupakan suatu proses panjang yang saling terkait satu sama lain. Mulai dari brand owner, marketing, packaging development, RnD, desain grafis, print production, distribution hingga display produk, semua proses ini akan bermuara pada keinginan konsumen yakni, cheaper, better, faster dan greener.

“Ingatlah bahwa 70 persen dari keputusan pembelian dibuat di supermarket. Namun konsumen hanya menghabiskan waktu sekitar 2,6 detik pada rak untuk memutuskan brand apa yang akan mereka pilih,” ujarnya.

Di tempat yang sama, setelah sesi Anne Dameria berakhir, digelar diskusi dari Asosiasi Desain Grafis Indonesia (ADGI) tentang ‘Sadar Design dan Penerapannya’ dengan pembicara Abenk Alter (Seniman dan juga musisi) dan Hadi Ismanto (founder dari majalah online Manual Jakarta). Diskusi ini dipandu oleh Diaz Hendrassukma selaku Direktur Program ADGI.

Sebagai pembicara pertama, Abenk menekankan bahwa antara musik dengan desain sangat berkaitan. Hal ini terutama bisa dilihat dari cover album, orname yang menghiasi album dan lainnya. Bahkan, dari lirik lagu, bisa menjadi ide kreatif untuk menampilkan desain berbeda dibanding album-album lainnya.

Abenk yang mengaku otodidak dengan desain ini, telah bergelut dari sejak pertama menjadi penyanyi. “Waktu itu saya terpikir untuk menciptakan sesuatu yang berbeda, yang bisa menarik masyarakat untuk membeli albumnya. Dan, ternyata menuangkan ide desain itu memerlukan waktu yang cukup panjang,” ujarnya sambil tertawa.

Di sisi lain, Hadi juga mengaku hal serupa. Berangkat dari kegalauannya melihat media-media yang ada di Indonesia saat ini, ia merasa tertantang untuk menampilkan produk media yang benar-benar jujur dan idealis bagi pembacanya. “Majalah online Manual Jakarta ini lahir dari kegalauan itu,” ujarnya.

Berbekal ilmu yang ditimbanya di Singapura dan Australia, Hadi mendirikan Manual yang mengedepankan idealisme mulai dari ‘Good Content, Good Article, Good Photo dan Design’. “Selama 1,5 tahun ini, apresiasi dari pembaca maupun klien sangat-sangat positif. Saya tidak mengusung konsep advetorial di laman Manual,” tegasnya. “Saya yakin bahwa dengan Good Design, juga akan menghasilan Good Business.”

Pada hari ketiga FGD Expo 2015 juga diadakan diskusi ‘Asia Student Package Design Competition’ oleh Japan Foundation. Di area pameran juga dipamerkan para pemenang ‘Asia Student Package Design Competition’ tahun-tahun sebelumnya.

Dari lokasi Workshop 3D Printing Expo, juga masih dalam area FGD Expo 2015, pada hari kedua tersebut diadakan sejumlah demo dan diskusi dari beberapa produk 3D printing. Untuk workshop 3D mengusung tema “IP3D 3: Easy 3D for everyone” dan untuk acara di stage 3D Printing menampilkan tema “RepRap Indonesia – Build your own 3D Printer” dan acara Fashion Show by Printex.

FGD Expo 2015  berlangsung sejak Kamis (6/9), dan akan ditutup pada Minggu (9/8). Berbagai produk peralatan percetakan  digital dan produk-produk cetak digital di pamerkan dalam acara ini. Pameran diselenggarakan untuk mengiringi tren positif pertumbuhan sentra percetakan, grafika dan industri kreatif di Tanah Air.



[mahar]



×
Berita Terbaru Update