Notification

×

Iklan

Iklan

Header Ads

PR Energy Summit 2015 Ulas Strategi Komunikasi Efektif Hadapi Krisis Energi

Rabu, September 09, 2015 | 03.00 WIB | Last Updated 2015-09-08T20:00:31Z
GENERASI INDONESIA | Dalam rangka meningkatkan pengetahuan serta kemampuan para praktisi kehumasan industri hulu MIGAS, Energi dan Sumber Daya Mineral terhadap arah kebijakan dari pemerintah, baik secara umum maupun khusus di bidang energi, maka diadakan PR ENERGY SUMMIT 2015 dengan mengangkat tema: “Energi Untuk Bangsa: Isu-Isu dan Strategi Komunikasi”, pada tanggal 2-4 September 2015, bertempat di Hotel Ambarrukmo, Yogyakarta.

Acara yang dihadiri oleh sekitar 100 peserta tersebut, membahas beberapa hal penting dalam industri MIGAS ke depannya, seperti: 1) Arah kebijakan pemerintah di bidang pembangunan sektor ESDM, 2) Peran serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan sektor perbankan, serta 3) Perspektif investasi dan dunia bisnis tentang landscape politik, ekonomi, dan sosial Indonesia saat ini.

Elan Biantoro selaku Kepala  Bagian Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak & Gas Bumi (SKK MIGAS), menyoroti beberapa masalah yang sering dikeluhkan oleh para investor, seperti rumitnya perijinan dan mengenai rendahnya Public Trust terhadap SKK MIGAS. “Investor explorasi harus disambut dengan red carpet yaitu dengan memberikan kemudahan dalam perijinan, biaya yang ekonomis dan kemudahan lainnya. Namun yang terpenting Negara harus hadir di situ,” ungkapnya. 

Sementara untuk memperbaiki Public Trust terhadap SKK MIGAS,  PR atau Humas sebagai garda terdepan mengawal hulu MIGAS harus akan melakukan beberapa hal, diantaranya menjalin komunikasi, koordinasi, dan konsolidasi dengan stakeholder, Membangun edukasi publik dalam memahami industri MIGAS, Membangun community base security, dan menciptakan public trust.

Pembicara lainnya adalah Ruddy Gobel - Anggota Unit Pengendali Kerja Kementerian ESDM; Nicolaas D. Kanter - President Director PT VALE Indonesia Tbk,; dan Effendi Gazali - Pakar Komunikasi Publik, Lektor Kepala Komunikasi Politik UI. 

Dalam hal ESDM, Ruddy Gobel ingin membuka mata semua orang bahwa saat ini kita ada diambang krisis sektor energi, dimana ketersediaan energi terbatas, ketergantungan terhadap import tinggi, distribusi tidak merata dan lain-lain. Menurutnya membangun kedaulatan energi berarti memperjuangkan hak-hak rakyat, membuka akses seluas-luasnya, membangun kemampuan energi sendiri, hingga memenuhi kebutuhan energi bagi segenap warga negara. Karena itulah Kementerian ESDM memiliki visi kedaulatan Energi yang terdiri dari Ekplorasi, Produksi, Diversifikasi (bagaimana agar energi yang tersedia beraneka ragam, termasuk energi baru dan terbarukan), dan Konservasi.

Namun ia juga tak menampik, bahwa masih banyak isu mengenai kedaulatan energi yang mungkin akan  terjadi di 2016 dan 2019, salah satunya adalah mengenai Pemberian subsidi energi yang tepat. Karena itulah kementerian ESDM berinisiatif untuk menggeser subsidi dari basis komoditas menjadi penduduk, dengan MENCANANGKAN GERAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL.

Beberapa narasumber ahli pun dihadirkan sebagai pembicara, diantaranya Ong Hock Chuan, Co-Founder & Technical Advisor Maverick Indonesia; Budiman Moerdijat, Senior Manager Communications BP Indonesia; Wianda Pusponegoro, VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero); Benny Siga Butarbutar, Vice President Corporate Communication Citilink; Widyaretna Buenastuti, Public Affair and Communications Director- Pfizer Indonesia; Vincent Soetedja,-VP Government Affair & Communication- ENI Indonesia; Doddy Irawan-Human Resources Director  PT Kellogg Brown Root Indonesia, Agung Laksamana-Ketua Perhumas; Yanti Pramudya, Managing Director-COGNITO Communication; dan Dr. Agung Wicaksono-Wakil Ketua Unit Pelaksana Program Pembangunan Ketenagalistrikan Nasional (UP3KN).

“Kita masih Lack of leaderships of government, dan belum ada kepemimpinan dalam industri energi. Menurut saya pemerintah harusnya memiliki orang komunikasi yang professional untuk melakukan tugas itu,” ujar Ong Hock Chuan dalam presentasinya. Sementara dari sisi kehumasan, ia menekankan bahwa seorang PR dapat menjadi jembatan bagi kebijakan pemerintah dan masyarakat, karena itu wajib hukumnya bagi semua PR untuk menguasai teknik berbicara dengan media yang memadai.

Pentingnya menjalin komunikasi yang baik dengan media juga diutarakan oleh Wianda Pusponegoro. Ia membagi pengalamannya ketika terjadi kebakaran tangki BBM Pertamina di Cilacap 2011, dimana saat itu Ibu Karen Agustiawan selaku Direktur Utama Pertamina langsung turun ke lapangan dan terus berada di lokasi sampai api benar-benar padam. “Ketika ada krisis, maka berkatalah jujur dan jangan pernah menutupinya depan media. Namun sampaikan juga upaya-upaya apa saja yang telah kita lakukan untuk mengatasi krisis tersebut. Yang terpenting pimpinan tertinggi harus hadir saat krisis terjadi,” ungkapnya. Salah satu pendekatan yang dilakukannya pada media adalah dengan memberikan akses para wartawan untuk meliput dan memberikan informasi yang mereka butuhkan, sebagai bentuk solidaritas dan menciptakan saling percaya satu sama lainnya.

Diakhir acara ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya strategi kehumasan industri energi perlu disusun bersama-sama oleh para pelaku kehumasan industri ini dengan fokus pada isu-isu komunikasi. Isu-isu harus dapat dikelola, dipilah dan dipilih mana yang paling strategis untuk dikomunikasikan secara konsisten dalam waktu tertentu dan menggunakan metode komunikasi yang tepat, dengan memperhatikan anggaran dan sumber daya yang tersedia. Kata kuncinya adalah komunikasi yang tepat dengan para pemangku kepentingan yang relevan. Selain itu komunikasi pada prinsipnya harus tulus, jujur dan transparan. Hanya dengan prinsip-prinsip itulah terbangun akuntabilitas, tanggung jawab dan reputasi yang baik dari industri energi.

[gi]








×
Berita Terbaru Update