Notification

×

Iklan

Iklan

Header Ads

Remaja Asal Makasar Jadi Imam Masjid di AS

Rabu, Juni 15, 2016 | 15.22 WIB | Last Updated 2016-06-15T08:22:24Z
GENERASI INDONESIA | Azizul Hakim atau akrab disapa Chechnya, remaja 20 tahun asal Makassar yang saat ini masih berstatus mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin, terpilih menjadi Imam Masjid selama Ramadan di Amerika Serikat.

Hafidz Al Quran alumni Tahfidzul Quran Ponpes Darul Istiqamah, Kab. Maros, Sulawesi Selatan ini didaulat menjadi Imam Masjid selama Ramadan di Masjid Al Falah, Philadelpia, AS. Masjid Al Falah sendiri merupakan masjid yang didirikan diaspora warga Indonesia di Philadelpia sejak tahun 2008 silam.

Chechnya sengaja dipilih oleh tokoh muslim asal Indonesia di AS, Syamsi Ali, bersama ustadz Bahar (38), pembimbingnya selama di Tahfidzul Quran Darul Istiqamah, yang juga mendapat amanah menjadi imam di Masjid Al Hikmah, New York. Keduanya diseleksi oleh Syamsi Ali, dari 10 Hafidz yang ditawarkan Ponpes Darul Istiqamah.

Putra ketiga pasangan (Alm) Mansyur Semma dan Arfah Tjolleng ini, Rabu (15/6/2016), menyebutkan bahwa dirinya diutus oleh pimpinan Ponpes Darul Istiqamah, Ustad Muzayyin Arif, yang sebelumnya pada 2015 lalu menghadiri pertemuan internasional di AS yang membahas perkembangan Islam di Indonesia, yang menginginkan adanya 'role model' perkembangan Islam di AS. Salah satu rekomendasi pertemuan tersebut adalah mengirimkan penghafal Al Quran yang murottal-nya sempurna.

"Ini pengalaman luar biasa yang saya rasakan. Ini sejarah besar dalam hidup saya. Banyak yang dulu hanya sebatas mimpi dan cita-cita kini menjadi kenyataan. Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT yang memberikan kesempatan untuk merasakan nikmat ini. Imam di negeri orang tentu berbeda dengan menjadi imam di masjid indonesia. Jemaah sangat menyambut baik kehadiran saya, mereka memanggil saya Young Imam atau Young Ustad," tutur Chechnya.

Chechnya menyebutkan bahwa suasana menjalan ibadah Ramadan di negeri Paman Sam sangat berbeda dengan yang dirasakannya semasa di dalam negeri. Ia tidak pernah mendengarkan kumandang suara Azan kala berbuka puasa atau mendengar pengumuman Imsyak yang bertalu-talu lewat pengeras suara masjid seperti di kampung halamannya.

Chechnya juga merasa perkembangan Islam di AS cukup menggembirakan. Seperti di negara bagian Texas, jumlah pemeluk agama Islam berada di peringkat kedua jumlahnya.

Sebulan lebih menjalankan syiar Islam di AS, kerinduan Chechnya pada ibunda dan saudara-saudaranya di Makassar, sedikit terobati dengan sambungan komunikasi online lewat smartphone-nya.

"Saya rindu masakan bunda dan berbagai macam kerinduan lainnya, setiap hari saya berkomunikasi lewat video call dengan bunda, keluarga dan asatidz di Indonesia, tapi sebenarnya sudah 6 tahun saya menjalankan amanah dakwah untuk ummat di bulan Ramadan jauh dari keluarga, jadi sudah terbiasa," pungkas kader organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) ini.


×
Berita Terbaru Update