“Awalnya karena suka lihat
pembawa berita di TV yang terkesan smart, akhirnya coba ikut audisi acara
reality show di salah satu TV swasta, masuk 20 besar. Sempat memulai karir di
radio terlebih dahulu selama beberapa bulan baru kemudian hijrah ke televisi
hingga saat ini. Adapun kenapa saya memilih menjadi pengusaha? Karena ingin
punya banyak waktu untuk beribadah dan keluarga, time freedom dan financial
freedom,” ungkap Sakti soal kariernya.
Di usia yang sudah mencapai
kepala tiga, Sakti sudah banyak makan asam garam di dunia pertelevisian tanah
air. Tercatat 1 stasiun radio dan 5 stasiun televisi yang pernah disinggahinya
selama 9 tahun berkarir di dunia broadcasting.
Hampir 1 dekade menjadi pembawa berita, banyak pengalaman yang menurutnya tidak terlupakan. Salah satunya adalah ketika Sakti harus membacakan berita kecelakaan yang ternyata kakak kandungnya sendiri sebagai salah satu korban.
Hampir 1 dekade menjadi pembawa berita, banyak pengalaman yang menurutnya tidak terlupakan. Salah satunya adalah ketika Sakti harus membacakan berita kecelakaan yang ternyata kakak kandungnya sendiri sebagai salah satu korban.
“Sebelum baca beritanya
sebenarnya sudah firasat kayaknya ini rombongan PNS yang kecelakaan adalah
rombongan kakak saya, eh ternyata pas on air bener kakak saya yang jadi korban.
Hampir nangis bombay pas baca beritanya tapi alhamdulillah bisa tetap
professional,” ujarnya mengenang.
Sakti bercerita awal mula
memberanikan diri membuka perusahaan sendiri, karena kisah pilunya yang syok
tiba-tiba kena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).
“Jadi waktu itu sebenernya
kontrak saya adalah sebagai Freelance Exclusive di sebuah stasiun TV yang
kontraknya sudah berjalan selama 4 tahun. Tiba-tiba suatu hari nggak ada angin
nggak ada hujan saya disuruh menghadap kepala departemen news saya,” kisahnya.
Lanjutnya,”setelah ketemu ternyata dari pembicaraan yang nggak ada 10 menit
itu, perusahaan sedang ada masalah keuangan dan memutuskan untuk melepas saya
karena prestasi saya dinilai sama alias tidak lebih baik dari host inhouse.
Akhirnya karena distop mendadak dari situ mulai muncul keberanian untuk
mendirikan perusahaan sendiri.”
Keluar dari zona nyaman yang
selama ini dinikmatinya, Sakti memutuskan untuk hijrah ke Yogyakarta dan mendirikan natakomunikasi.com.
Sebuah perusahaan penyedia jasa pelatihan soft skill khususnya di bidang
komunikasi dan pertama di Indonesia yang buka selama 24 jam selama sebulan
penuh.
Sakti Al Fattaah, CEO sekaligus
founder natakomunikasi mengaku memiliki trik dan strategi khusus dalam
menjalankan bisnisnya agar bisa mendapat perhatian dari masyarakat.
“Kalau kita lihat negara tetangga
kita Singapura, disana pelatihan sudah menjadi gaya hidup, itu sebabnya disana
ketika weekend pertanyaan yang muncul bukan mau nonton film apa? Tapi mau ikut
pelatihan atau workshop apa? Makanya nggak heran Singapura bisa maju banget
karena masyarakatnya cerdas,” tutur Sakti.
“Jadi harapannya agar pelatihan
ini bisa jadi lifestyle masyarakat kita dan nggak ada alasan bagi orang yang
mau ikut pelatihan akibat terbentur kesibukan karena natakomunikasi.com buka
selama 24 jam,” terangnya.
Saat ini Natakomunikasi dijalankan
oleh dua orang saja termasuk Sakti. Pria asal Jakarta ini mengklaim jumlah
pegawai yang ramping merupakan salah satu strategi perusahaannya agar bisa
berkembang lebih pesat dengan alokasi modal lebih efisien, namun didukung oleh trainer praktisi berpengalaman dan
kredibel. [mp]