Geizs Chalifah (tengah) bersama budayawan Betawi Ridwan Saidi (kiri) dalam sebuah Talkshow
GEN-ID | Inspirasi - Sebagai aktifis Geisz Chalifah bukan hanya "tukang demo" tanpa solusi. Ia menginisiasi sebuah kepedulian perusahaan kepada masyarakat terdampak bencana seperti lombok dan lainnya. Belum lagi di dunia internasional, Rumah Sakit Indonesia di Palestina merupakan salah satu yang ia resmikan bersama tim dokter Mer-C pada 2015 silam.
Di debat dengan para buzzer sekaligus perusuh atas kinerja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, ia kokoh bagaikan karang menanggapi dan mematahkan argumen mereka di TV maupun di media sosial. Tak pelak, orang mengenal dia sebagai bumpernya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang punya prinsip teman debat, kritikus adalah teman diskusi, menjawab tuduhan dengan karya dan prestasi.
Dengan 53 capaian prestasi hingga tahun kedua menjabat gubernur, dan prestasi itu sering diposting Geisz Chalifah kepada publik, semakin membuat yang tidak suka kepada Anies kebakaran jenggot, dan tentunya makin tidak suka sehingga argumen dan serangan yang diluncurkan kepada Anies irrasional dan ngawur.
Geisz Chalifah (57), alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Universitas Jayabaya, Jakarta
pada tahun 1987, aktif dan pernah terlibat di berbagai organisasi
diantaranya sebagai Ketua Lembaga Seni dan Budaya MN KAHMI (2018 -
2021), Produser Jakarta Melayu Festival sejak 2012, Ketua Umum PB Pemuda
Al Irsyad (2001 – 2010), Vice President KAPPIJA, Keluarga Alumni
Program Persahabatan Indonesia - Jepang (2001 -2002) serta Vice
President Indonesian Student Association For International Studies
(ISAFIS) (1986 – 1988).
Ia menjabat sebagai Komisaris PT. Pembangunan Jaya Ancol sejak RUPS Oktober tahun 2019.
Awal ia "rame" di media sosial dan mendapat bully dari para buzzer, bukan serta-merta. Awalnya ia hanya menanggapi cuitan-cuitan netizen yang irrasional dengan menuliskan berbagai prestasi Gubernur DKI. Ia merasa Gubernur diperlakukan tidak adil, sedangkan media massa banyak yang ada keberpihakan anti Anies. Sampai ada berbagai ketidakbecusan pemerintahan di daerah manapun seolah #SalahAines.
Sebenarnya bagaimana sosok garang di debat ini ketika menjalani hari-harinya sebagai seorang Komisaris BUMD terbaik se Asia Tenggara ini?
Adalah Arif Rahman, karyawan yang telah mengabdi di PT. Taman Impian Jaya Ancol selama 20 tahun lebih, merasa kehadiran sosok Geisz memberi warna baru dan keceriaan corporate culture yang telah terbangun.
Meski ditengah pandemi Covid-19, berbagai terobosan terus dilakukan. Tak pelak semua harus bekerja keras namun dengan suasana senang, sebuah suasana yang dibangun Geisz, aktifis yang peduli pada kebencanaan, pendidikan dan korban perang ini.
"Orangnya enak, tidak kaku," ujar Arif Rahman.
Dalam berbagai kesempatan, dia juga sosok yang open minded, terbuka dengan gagasan orang lain meski ia meyakini gagasan dialah yang benar.
"Terbuka, bisa menerima masukan dan kritik," kata Arief.
Dan lebih dari itu, Geisz menunjukkan kesalehan sosial dengan bisa menjadi pendengar yang baik bagi orang lain tak melihat senioritas usia dan jabatan. "Beliau lebih melihat apa yang disampaikan seseorang, bukan melihat siapa yang berbicara," ujar Arif.
Sebagai aktifis dan sekaligus budayawan, Ketua Umum Yayasan Rahmatan Lil Alamin (SDIT Insan Mandiri) ini memiliki pemikiran yang luas sehingga terbawa dalam budaya kerjanya.
Dimasukkannya Geisz Chalifah sebagai komisaris, karena Gubernur menginginkan PT Pembangunan Jaya Anco ada continuity in change, leaderhip-nya tetap tapi formasi di bawahnya ada pergantian.
"Harapannya ada keberlanjutan atas apa yang dikerjakan, tapi juga ada perubahan," kata Anies saat itu.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki 72% saham di PT Pembangunan Jaya Ancol. Sebagai pemilik saham terbesar berhak menunjuk komisaris.
Mahar Prastowo