Notification

×

Iklan

Iklan

Header Ads

Peduli-Partisipatif-Produktif, Cara Kampung Siaga RW 026 Taman Harapan Baru Hadapi Pandemi

Selasa, Februari 09, 2021 | 19.20 WIB | Last Updated 2021-02-10T00:52:14Z


Sentot Baskoro sedang mempresentasikan program Kampung Siaga RW 026 di hadapan para juri dari unsur 3 pilar dan organisasi perangkat daerah


GEN-IDPeduli, partisipatif, produktif. Setidaknya tiga hal itu yang tampak dari kehidupan ditengah masa pandemi Covid-19, di lingkungan warga RW 026 Kelurahan Pejuang Medan Satria Kota Bekasi, tepatnya kompleks Perumahan Taman Harapan Baru Kawasan Kota Harapan Indah.

Peduli, terasah dari perasaan senasib sepenanggungan, menghadapi masalah bersama pandemi Covid-19, yang telah memporak-porandakan berbagai kemapanan di berbagai lini kehidupan terutama masalah kesehatan.

"Di sini kalau ada warga terpapar positif Covid-19, langsung melapor ke RT. Pasien aktif melapor, dan warga lain peduli dengan membantu mengirimkan makanan dan kebutuhan lainnya," terang Edy Mulyawan, Ketua Rukun Warga 026, disela acara peninjauan dalam penilaian Kampung Siaga oleh Tiga Pilar Kota Bekasi yaitu dari Pemkot, Kodim dan Polrestro Bekasi Kota.

Hal lain diungkapkan Edy, dari kepedulian sosial, kepedulian merasa memiliki lingkungan yang harus dijaga bersama, memupuk semangat warga untuk partisipatif dalam berbagai kegiatan, termasuk dalam rangka lomba Kampung Siaga yang diselenggarakan Pemerintah Kota Bekasi.

Dan bagi warga RW 026, kegiatan perlombaan Kampung Siaga ini bukan sesuatu yang baru dan diada-adakan karena dilombakan. "Ini melanjutkan dari kegiatan sebelumnya yang sudah kita lakukan dalam rangka siaga banjir. Jadi bukan sesuatu yang baru dan diada-adakan karena ada lomba," terang Edy diamini Sentot Baskoro, Humas Kampung Siaga RW 026.

Sebelumnya Sentot Baskoro di hadapan tim penilai dari tiga pilar, memaparkan mengenai tiga hal yang dinilai dalam lomba Kampung Siaga yaitu upaya RW mencapai Zero Covid-19, Zero Crime serta meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi kreatif.

Dalam hal produktifitas, warga kompleks perumahan yang cukup eksklusif ini bahu-membahu bersama-sama membuat kegiatan yang dapat mendukung ketahanan pangan dan berbagai kegiatan ekonomi kreatif.



Ibu Siti Fajriah (ibu RT) menunjukkan kepada wartawan.bahwa di wilayahnya lahannya sempit, tapi bisa pelihara lele dan tanaman sayuran



Sebagai contoh di RT 01, meski memiliki lahan paling sempit dengan lebar 1 meter dan panjang sekitar 60 meter, warga dapat menanam sayuran dan budidaya lele serta ikan patin, yang setiap panen hasilnya dibagikan merata kepada seluruh warga RT 01.

"Kan untuk meningkatkan ketahanan pangan, jadi hasilnya kita bagikan untuk kita makan bersama. Kalau RT lain yang punya lahan lebih luas dan hasilnya banyak bisa dijual juga," ujar Siti Fajriyah, yang aktif suaminya sebagai RT menjalankan program-program di lingkungannya.

Di RT 02 yang memiliki lahan lebih luas untuk dimanfaatkan, sebanyak delapan wanita yang tergabung dalam KWT (Kelompok Wanita Tani) menjadi garda terdepan produktifitas ketahanan pangan dengan menanam sayuran hidroponik dan mengolah hasilnya menjadi aneka  macam minuman kesehatan (jamu) seperti teh daun sukun, teh telang, minuman kunyit, temu lawak.



Kedelapan wanita yang tergabung dalam KWT itu memproduksi berbagai olahan sayuran hidroponik dan organik dengan brand Saung Cassandra 1 yang mengambil dari nama jalan lingkungan RT 02.

Selain berproduksi, mereka juga menjalankan program sosial belanja kesehatan yang disisihkan dari penjualan hasil panen maupun dari donasi warga.



Bahkan, dari budidaya lele Sangkuriang, dapat memenuhi kebutuhan gizi warga RW 026 melalui konsumsi lele yang sudah dibumbui dengan harga Rp 35.000 perkilogram. Demikian diungkapkan Jupri Santoso, yang memelopori budidaya lele dengan bioflok serta tanaman obat keluarga dan sayuran dengan dukungan personil TNI dari Kodim 0501.

"Setiap panen selalu habis untuk kebutuhan warga. Jadi pada masa pandemi ini warga tidak perlu belanja ikan keluar," ujar Jupri.

Jupri bersama rekan tim, Agus, serta para ibu seperti Nila, Dhini, Nilam, Tatik dan lainnya mengatur Saung Cassandra 1 dengan administrasi pembukuan sangat rapi sebagaimana sebuah koperasi. Dan produk yang mereka hasilkan pun dijual dengan teknik pengemasan modern ala Happy Fresh, SESA, TaniHub dan sebagainya.

Dari aktifitas ketahanan pangan yang juga menghasilkan sampah ini, dilakukan penampungan dan pengolahan melalui Bank Sampah yang menjadi pupuk organik sehingga zero waste.


Evie Handmade Eco Print dengan produk masker batik motif daun


Demikian halnya dengan aktifitas produksi ekonomi kreatif Eco Print Evie Handmade di RT 03 yang memproduksi masker kain katun dengan motif beragam dedaunan, sampah rebusan daun dimanfaatkan untuk melakukan pemupukan.

Aktifitas seni kreatif memanfaatkan sampah bekas spanduk atau banner juga dilakukan Pak Bambang alias Pak Kakung, yang selama masa pandemi dan guna mengisi usia pensiunnya melukis dengan media vinyl bekas spanduk atau banner dan menggunakan cat tembok.

Meski dari bahan bekas, namun karyanya tak kalah dengan para seniman yang biasa pameran di galeri seni. Dan ia menjadikan Hall Erte Tiga untuk memajang karya-karyanya yang indah.



Masih di bidang seni kreatif, Hanna, yang sudah belasan tahun menekuni hobi memelihara bonsai, di masa pandemi ini atas saran suaminya meningkatkan hobinya dengan menjual koleksi bonsainya melalui online di komunitas penghobi bonsai di sosial media dan market place. "Pembelinya ada juga yang dari Manado," kisahnya.

 




KAMPUNG SIAGA yang Rindu Senyum

Pandemi Covid-19 yang telah membuat dunia bersedih, diungkapkan Ketua RW 026 Edy Mulyawan membuat Kampung Siaga pun RINDU Senyum.

RINDU diungkapkan Edy merupakan singkatan dari kalimat afirmatif guna mendorong kearah hal positif yaitu Rukun, Indah, Nyaman, Damai dan Unggul.

Guna mencapai itu semua, Edy selaku Ketua RW mengajak semua pihak yaitu seluruh warga RW 026 sebagai stakeholder untuk menekan 2 hal seminimal mungkin yaitu Zero Covid-19, Zero Crime dan meningkatkan ketahanan pangan melalui kemandirian pangan dan ekonomi kreatif sebagaimana menjadi tiga kriteria penilaian panitia lomba KAMPUNG SIAGA yang berhadiah Rp 1 M.

"Kalaupun rezeki dan mendapat 1M, itu bonus buat kami," ujar Edy. Pasalnya, bagi warga RW 026 lebih penting lagi adalah berhasil menjalankan protokol kesehatan 5M sebagaimana telah diupayakan berjalan selama ini.

Upaya mewujudkan prokes 5M ini tampak ketika berada di lingkungan RW 026, saat masuk apakah warga maupun tamu dari luar akan diperiksa suhu tubuhnya, wajib mengenakan masker serta telah disediakan tempat cuci tangan di berbagai sudut.

Dengan protokol kesehatan itu, Edy dan seluruh warga tentunya berharap dapat menekan angka paparan Covid-19 di wilayahnya hingga titik nol persen atau Zero Covid.

Hal sama juga diharapkan dari sisi kriminalitas, yang diuraikan Sentot Baskoro, selain dengan membentuk Satuan Keamanan Lingkungan (Satkamling) yang terlatih dan bersertifikasi sebagaimana Peraturan Kapolri, juga melibatkan anak-anak muda dalam swadaya keamanan, pemasangan CCTV, Barrier Gate, serta program "Pagar Mangkok".

"Artinya banyak membantu orang lain di sekitar lingkungan maka mereka pun akan segan sehingga tidak memerlukan pagar tembok," ujar Sentot

Dengan merekrut 15 tenaga Satkamling dari luar kompleks dan ratusan ART (Asisten Rumah Tangga), program "pagar mangkok" itu telah menciptakan kondisi keamanan lingkungan yang kondusif karena warga sekitar yang turut menjaga keamanan dan tercipta zero crime yang diharapkan.

Ditambah lagi dengan kegiatan sosial Jumat Barokah menyediakan makan setiap hari jumat bagi lingkungan maupun yayasan sosal di sekitar, telah membuat Kampung Siaga RW 026 Kelurahan Pejuang ini layak menjadi role model bagi wilayah lain yang ingin menciptakan suasana seperti di Kompleks Taman Harapan Baru.

Mahar Prastowo

Kontak Redaksi Klik Di Sini
×
Berita Terbaru Update