Dari Pelukan Ibu, Tumbuh Suara Kecil yang Menggema ke Ibu Kota
GENERASI-ID ๐ฎ๐ฉ | Di sebuah sudut Kota Palu, Sulawesi Tengah, setiap pukul lima sore, seorang anak perempuan kecil duduk bersila di atas tikar sambil menggenggam mikrofon mainannya. Ia menyanyikan lagu demi lagu dengan suara jernih, sambil memejamkan mata, membayangkan bahwa ia berada di atas panggung besar.
Anak itu bernama Afiza Ghania, usianya baru lima tahun. Tapi hari ini, ia tidak lagi hanya menyanyi untuk kucing peliharaan dan bonekanya. Ia menyanyi untuk Indonesia.
---
Lahir pada 2 Desember 2019, Afiza adalah anak keempat dari pasangan Tuti Herawati dan Fadel Muhammad. Sang ayah kini tinggal di kampung halamannya di Salubomba, Donggala, sementara Afiza dibesarkan ibunya seorang diri di Kota Palu. Tak mudah memang, namun Tuti percaya bahwa cinta dan ketekunan bisa menjadi bekal hidup yang cukup bagi seorang anak.
“Afiza senang menyanyi sejak umur dua tahun. Tapi baru saya sadari ia punya bakat luar biasa saat ikut lomba nyanyi dan tari di sekolah. Sejak itu saya mulai mendampingi serius,” tutur Tuti.
Tuti tidak memiliki latar belakang musik. Namun setiap hari, sepulang kerja dan menjemput Afiza dari sekolah TPA Sitti Masitha, ia menyetel ulang lagu yang sama berulang kali. “Karena Afiza belum bisa membaca, saya bantu hafalkan dari suara. Saya ikut nyanyi juga. Kadang-kadang kami nyanyi bareng sampai ketawa-tawa,” kenangnya sambil tersenyum.
---
Bakat itu kemudian menjalar, melewati dinding rumah, menyusuri lorong digital, dan sampai ke Jakarta—tepatnya ke meja kerja Rulli Aryanto, pemilik Senada Digital Records. Ketika ia pertama kali mendengar demo suara Afiza, Rulli tahu, ini bukan suara biasa.
“Suaranya punya warna yang unik. Tapi bukan itu saja, saya juga mendengar ketulusan, kepolosan, dan semangat dari anak kecil yang mencintai tanah airnya,” ujar Rulli.
Tak lama setelah lagu debut Palawija dirilis di platform musik digital, rekaman lagu kedua Afiza bertajuk Kota Palu Kota Lima Dimensi langsung disiapkan. Lagu ini dijadwalkan rilis Mei 2025, dan diharapkan menjadi persembahan manis dari Palu untuk Indonesia.
“Afiza jadi contoh bahwa anak-anak bisa berkarya dari mana saja. Tidak perlu menunggu besar, tidak perlu pindah ke Jakarta. Dunia digital sudah membuka jalan untuk siapa pun yang mau melangkah,” tambah Rulli.
---
Di antara kesibukannya bersekolah dari pukul 08.00 hingga 17.00, Afiza tetap semangat mengikuti latihan vokal versi rumahan: menyanyi sambil bermain, menari sambil menirukan irama. Bagi Afiza, bernyanyi bukan sekadar prestasi, tapi perasaan gembira. Ia tahu betul apa artinya punya lagu sendiri.
“Afiza senang, Afiza punya lagu. Nanti Afiza mau nyanyi buat kakek sama nenek juga,” katanya polos.
Afiza memang masih bocah. Namun dalam dirinya, ada benih besar tentang harapan dan kecintaan terhadap tanah air. Lewat lirik lagu yang ia hafalkan dengan telinga dan nyanyikan dengan hati, Afiza menyampaikan pesan: bahwa anak Indonesia bisa bersuara, dan suara itu layak didengar.
---
Kisah Afiza bukan hanya kisah tentang seorang anak berbakat. Ini adalah kisah tentang seorang ibu yang tak menyerah, tentang mimpi yang tumbuh dari ruang tamu rumah sederhana, dan tentang keyakinan bahwa dari timur Indonesia pun, bintang bisa lahir.
Untuk para ibu di seluruh Indonesia: barangkali anak Anda punya potensi yang sama. Tidak harus menyanyi. Bisa menari, menggambar, menulis, atau menciptakan sesuatu dari hal-hal sederhana. Yang dibutuhkan anak-anak kita hanyalah pendampingan, cinta, dan keyakinan dari orang tua.
Afiza Ghania sudah menunjukkan jalan. Kini giliran anak-anak lain menyusul langkahnya.
Tonton video lagu Afiza Ghania berjudul Palawija di sini๐
Oleh Muhammad Fadli | Editor: Mahar Prastowo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar